Solusi Mencari Pekerjaan di Tengah Pandemi Virus Corona
Keadaan di Indonesia memasuki dalam ketidakpastian untuk mencari pekerjaan, maka dari itu informasi lowongan kerja pun mengalami penurunan drastis. Namun, kamu bisa melakukan beberapa hal untuk mengatasi ketidakpastian ini. Seperti:
Bersabar
Dalam keadaan saat ini, tentu saja masih banyak perusahaan yang menerapkan kerja dari rumah dan mungkin saja proses lamaran kamu menjadi lebih lama dari biasanya. Namun, jangan khawatir dan patah semangat. Tetap bersabar dan jangan putus asa ya. Untuk proses lamaranmu yang mungkin tidak kunjung mendapat respon dari perusahaan terkait, kamu dapat menghubungi perusahaan tersebut dengan mengirimkan email atau langsung menelponnya. Dengan begitu, kamu akan memberi kesan serius dan benar-benar tertarik untuk mengikuti proses lamaran dan bekerja di perusahaan tersebut.
Jangan Menyerah
Mencari pekerjaan di kondisi saat ini tentu saja membutuhkan usaha dan waktu yang tidak sebentar. Kamu harus selalu berusaha supaya mendapatkan pekerjaan. Untuk itu jangan mudah menyerah dan kamu juga bisa mencoba beberapa strategi seperti memperbaharui CV. Ketika kamu memperbarui CV, jangan lupa untuk menuliskan poin-poin penting, kamu juga bisa menuliskan pencapaian dan keahlian yang kamu miliki. Jangan habiskan waktumu untuk menuliskan bagian-bagian yang tidak penting di CV.
Kembangkan Dirimu
Selagi kamu mencari pekerjaan dan menunggu panggilan wawancara, kamu dapat mengikuti kursus online untuk meningkatkan keahlian yang kamu miliki, dengan begitu kamu akan semakin siap untuk meraih peluang baru.
Realistis
Langkah selanjutnya adalah cobalah kamu mencari informasi mengenai kondisi perusahaan saat ini. Apakah kira-kira perusahaan bisa memenuhi ekspektasi gaji yang akan diberikan atau tidak. Hal ini menjadi penting karena dalam kondisi saat ini, tentu saja berdampak pada penghasilan perusahaan yang mana perekonomian sedang lesu-lesunya. Beberapa perusahaan bahkan menurunkan gaji karyawannya. Namun, kamu bisa melakukan negosiasi gaji dan buktikan kepada perusahaan bahwa kamu layak untuk digaji sesuai dengan permintaanmu.
Ini Perbedaan HRD dan Personalia, Jangan Keliru!
Apa Perbedaan HRD dan Personalia?
HRD adalah singkatan dari kata Human Resource Departement. Menurut kamus besar bahasa Indonesia HRD lebih dikenal luas oleh masyarakat sebagai departemen Sumber Daya Manusia atau disingkat dengan SDM. Secara umum, HRD selalu ada di dalam perusahaan yang memiliki tugas untuk mengurusi segala hal yang berhubungan dengan karyawan, diawali dari proses penyeleksian dan penerimaan karyawan didalam suatu perusahaan, atau lebih sering dikenal luas oleh masyarakat dengan bahasa rekrutmen. Selain itu, HRD juga melakukan pengembangan, evaluasi, konsultasi, administrasi sampai dengan Pemutus Hubungan Kerja (PHK) para karyawannya. Bisa dikatakan pula bahwa HRD tersebut terlibat dalam suatu proses bisnis mengenai berbagai macam masalah pada ruang lingkup para karyawan dari level paling bawah hingga posisi managerial. Tentu saja hal tersebut diperlukan dan digunakan untuk menunjang segala kegiatan yang berada dalam suatu organisasi demi tercapainya target atau visi dan misi yang sudah ditentukan oleh perusahaan.
Tugas HRD :
HRD bertugas dalam melakukan persiapan dan penyeleksian tenaga kerja yang diawali dari persiapan internal maupun eksternal, dan seleksi penerimaan karyawan disuatu perusahaan.
HRD bertugas dalam hal pengembangan dan mengoreksi atau memantau kinerja karyawan yang dapat menguntungkan perusahaan atau suatu grup organisasi, maka karyawan tersebut harus menguasai suatu pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dari karyawan tersebut.
HRD juga bertugas untuk memberikan sebuah perlindungan dan keringanan kepada para karyawannya, memberikan imbalan atau gaji atas kinerja para karyawannya yang diberikan secara teratur oleh organisasi atau perusahaan tersebut. Pemberian gaji haruslah tepat dan sesuai dengan keadaan pasar tenaga kerja yang ada di lingkungan luar dan hasil kinerja karyawan tersebut agar meminimalisir masalah ketenagakerajaan maupun merugikan bagi perusahaan.
HRD juga tak luput melakukan pekerjaan administratif, menanggapi permasalahan yang bersifat reaktif, dan minim perencanaan. Pekerjaan HRD biasanya dilakukan secara manual dan bersifat rutinitas.
Personalia
Berbeda dengan HRD, Personalia adalah serangkaian kegiatan mengelola sumber daya manusia untuk mengatur berbagai kegiatan yang berhubungan dengan bidang administratif. Tugas lain dari personalia antara lain mengatur suatu hubungan industrial antara perusahaan dengan karyawannya. Fungsi personalia atau yang juga dikenal dengan istilah manajemen personalia ialah bertanggung jawab terhadap data karyawan, payroll, dan pembayaraan benefit lainnya. Pinjaman karyawan, absensi, pencatatatan cuti tahunan, dan filling dokumen juga termasuk pada fungsi personalia.
Tugas dan tanggung jawab Personalia :
Melakukan sosialisasi dan koordinasi
Menyusun absensi dan daftar hadir karyawan
Menyiapkan perjanjian kerja dengan karyawan baru
Jadi kesimpulannya adalah HRD dan Personalia memiliki perbedaan pada ruang lingkup kerjanya. Personalia berada diarea administrasi dan keberadaan personalia sangat dibutuhkan agar fungsi HRD (Human Resource Departement) tetap dapat terlaksana.
Ini Perbedaan Antara Hard Skill dan Soft Skill, Pahami Sebelum Masuk Dunia Kerja!
Jika kamu akan segera memasuki dunia kerja, tentu kamu akan makin sering mendengar soal hard skill dan soft skill. Hal ini merupakan aspek mendasar yang tak cuma harus diketahui, namun juga harus dimiliki oleh para pencari kerja. Bahkan, kamu yang sudah berada di dalam dunia kerja pun, bisa mendalami hal ini secara lebih untuk meningkatkan karir kamu.
Berikut berbagai penjelasan soal perbedaan hard skill dan soft skill.
Pengertian Hard Skill & Soft Skill
Pertama-tama, mari kita bahas soal pengertian hard skill. Pada dasarnya, hard skill adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk sebuah pekerjaan. Hal ini biasanya tertulis di kolom requirements di sebuah lowongan pekerjaan. Hard skill biasanya merupakan kemampuan spesifik dan jadi salah satu deskripsi pekerjaan kamu kelak.
Jika melansir dari laman The Balance Career, hard skill bisa kita peroleh dari edukasi formal seperti perkuliahan, serta deretan program lain seperti pelatihan, magang, kelas singkat, kelas online, program sertifikasi, dan juga training di perusahaan.
Di sisi lain, Soft Skill adalah kepribadian, atribut personal, serta kemampuan komunikasi yang dibutuhkan untuk sukses dalam sebuah pekerjaan. Baiknya soft skill yang kamu miliki memperlihatkan bagaimana kamu berinteraksi dengan lingkungan di sekitarmu.
Jika hard skill merupakan sesuatu yang bisa diraih dan dipelajari, soft skill merupakan atribut ‘bawaan’ kita sebagai individu. Hal ini mungkin bisa dipelajari, namun tidak dengan cara belajar layaknya mengenyam bangku kuliah, namun dengan lebih banyak berinteraksi dengan orang lain serta melatih kepekaan terhadap lingkungan. Dari sini, kita bisa mengimplikasikannya pada perilaku dan berimbas pada soft skill.
Perbedaan hard skill dan soft skill
Hal paling mendasar yang membedakan antara hard skill dan soft skill adalah hard skill bisa dibuktikan, sementara soft skill tidak. Kamu bisa memproklamirkan diri memiliki hard skill selama kamu bisa membuktikannya, sementara soft skill tak serta merta bisa kamu sertakan di CV.
Berikut contoh hard skill dan soft skill.
Contoh Hard Skill
Pada poin di atas, kita sudah mempelajari soal pentingnya hard skill dan soft skill. Sekarang, mari kita bahas apa saja contoh dari hard skill dan juga soft skill.
Sesuai dengan definisinya, hard skill merupakan kemampuan spesifik yang harus dimiliki untuk sebuah pekerjaan tertentu. Contohnya, desain web, menulis, programming komputer, akuntansi, menerjemahkan bahasa asing, dan masih banyak sekali hard skill yang lainnya.
Biasanya, hard skill juga diukur dari seberapa baik kamu dalam objek hard skill yang kamu kuasai. Seperti contohnya, tingkat kefasihan bahasa asing, seberapa mahir mengoperasikan mesin, seberapa baik dalam mendesain, seberapa cepat dalam mengetik, dan lain sebagainya.
Biasanya, deretan hard skill yang kamu miliki akan kamu catat di Curriculum Vitae dan juga di surat lamaran agar perekrut bisa mendapat pertimbangan.
Contoh soft skill
Seperti yang telah dijelaskan di poin sebelumnya, soft skill adalah atribut diri serta kemampuan berkomunikasi yang merupakan sifat bawaan dan tidak dipelajari secara formal. Soft skill ini merupakan aspek penting dalam kesuksesan karir kamu, lho. Pasalnya, setiap pekerjaan membutuhkan keterlibatan orang lain. Oleh karena itu, kemampuan kita dalam berinteraksi adalah aspek penting dalam sebuah pekerjaan.
Mari kita kupas satu demi satu apa saja yang jadi contoh soft skill. Melansir The Balance Careers, berikut ulasannya.
1. Kemampuan Berkomunikasi
Seperti yang telah disebut di atas, kemampuan berkomunikasi adalah soft skill nomor satu yang harus dimiliki oleh setiap karyawan. Kuncinya adalah bagaimana bisa meletakkan diri di berbagai situasi, di mana kita tahu kapan harus berbicara lebih sopan atau lebih santai, bisa membaca situasi yang tepat untuk beropini, dan kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik.
Berbagai contoh soft skill dengan dasar komunikasi meliputi:
Kemampuan bernegosiasi
Kemampuan persuasi
Kelancaran presentasi
Berbicara di depan umum
Membaca body language lawan bicara
Kemampuan menggunakan komunikasi non-verbal (seperti intonasi nada, gestur tangan, ekspresi wajah, dsb.)
2. Berpikir Kritis
Contoh soft skill yang kedua adalah kemampuan berpikir kritis. Apapun bidang pekerjaan yang kamu jalani, kamu diwajibkan untuk mampu menganalisis situasi dan mengambil keputusan dengan tepat.
Deretan soft skill yang terkait dengan pola pikir kritis ini meliputi:
Kreativitas
Fleksibilitas
Tingginya rasa ingin tahu
Tingginya selera artistik
Kemauan belajar hal baru
Pola pikir logis
Kemampuan memecahkan masalah
Dan lain sebagainya
3. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan soft skill yang akan membawa kamu menjadi pemimpin di masa depan. Aspek ini menitikberatkan pada kemampuan pengambilan keputusan di masa pelik, dan bagaimana menangani orang banyak di situasi tertentu.
Soft skill yang termasuk dalam kategori kepemimpinan meliputi:
Kemampuan manajemen konflik
Pengambilan keputusan
Kemampuan mentoring
Kemampuan supervisi
Dan lain sebagainya
4. Perilaku Baik
Jika kamu memiliki semua hard skill dengan kemampuan yang mumpuni, semua hal tersebut akan percuma jika tidak dibarengi dengan perilaku yang baik. Berbagai hal seperti pribadi ramah, bersemangat kerja, atau berbagai hal positif lainnya, tentu akan menambak efektivitas kerja.
Berikut beberapa soft skill yang termasuk dalam aspek perilaku baik:
Kepercayaan diri
Kooperatif dalam tim
Antusiasme tinggi
Kejujuran
Kesabaran
Selera humor yang baik
Pembagian waktu yang imbang antara kerja dan kehidupan luar kantor
Dan lain sebagainya
5. Kerja Tim
Jangan berharap untuk diterima untuk bekerja sendiri. Salah satu tanggung jawab paling besar dalam mengenyam sebuah pekerjaan adalah untuk bekerja sama dengan baik dengan karyawan lainnya. Oleh karena itu, kerja tim adalah salah satu soft skill paling penting yang harus dimiliki.
Berbagai skill yang berhubungan dengan kerja tim meliputi:
Kemauan berkolaborasi
Kemauan menerima feedback
Menerima keberagaman
Empati
Kemampuan berjejaring dan bersosialisasi
Dan lain sebagainya
6. Etos Kerja
Aspek soft skill terakhir adalah kuatnya etos kerja. Seseorang dengan etos kerja yang baik, akan menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efektif waktu serta hasil yang lebih berkualitas. Soft skill yang paling berhubungan dengan etos kerja ini adalah kemampuan untuk tetap fokus, tetap terorganisir, dan mampu mengatur waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya. Tak cuma itu, seseorang dengan etos kerja akan sama baiknya dalam bekerja independen maupun dalam arahan.
Berikut deretan kemampuan atau soft skill yang berhubungan dengan etos kerja:
Dedikasi tinggi
Pekerjaan yang terorganisir
Deadline yang terpenuhi
Kemampuan multitasking
Perencanaan yang matang
manajemen waktu yang baik
Performa yang baik di bawah tekanan
Dan lain sebagainya.
Bagaimana Menurut Para Ahli?
Alison Doyle, seorang pakar di bidang karir dan pencarian kerja, menyebut bahwa hard skill adalah kemampuan yang bisa dipelajari, dievaluasi, dan diukur. Doyle menyebut bahwa hard skill adalah aspek yang dilihat pertama kali oleh perekrut pada proses interview, untuk membandingkan antara satu pelamar dan pelamar lain.
Doyle juga menggarisbawahi bahwa hard skill adalah senjata utama seorang kandidat untuk menjajaki dunia kerja. Bahkan untuk mencari yang kandidat dengan hard skill paling mumpuni, korporasi maupun perusahaan berani menggelar ujian masuk yang sangat ketat.
Soal soft skill, Lindsey Pollak, pakar karir multigenerasi dan penulis buku laris “Becoming The Boss,” menyebut bahwa soft skill adalah aspek yang paling penting untuk dimiliki ketika menjajaki dunia kerja. Pasalnya, performa kamu di pekerjaan hanya dipandang sebagai ‘tugas’ belaka. Sementara sebuah ‘tugas’ itu bisa dikerjakan oleh ribuan orang lain, soft skill-lah yang membedakanmu dengan mereka dan membawamu ke tingkat yang lebih tinggi.